Sabtu, 15 Maret 2008

Visit Musi 2008: Minim Informasi




Rasa penasaran dengan program Visit Musi 2008, mendorong saya bergegas mengunjungi kota Palembang. Seperti apakah pelaksanaan program Visit Musi 2008 yang pembukaannya saja sudah menelan biaya lebih dari 3 milyar itu?

Keberangkatan saya diawali dari kota Bandung pada Kamis (6/3). Tak begitu banyak bekal informasi yang saya bawa untuk ke Palembang. Pertama, karena official website (situs resmi) Visit Musi 2008 yang saya akses tidak banyak membantu. Kedua, beberapa orang Palembang yang saya tanya tentang program Visit Musi 2008 pun tidak terlalu optimis tentang program Visit Musi 2008.

"Datang saja sendiri ke Palembang. Lihatlah Sungai Musi. Jangan terlalu banyak ekspektasi. Palembang hanya kota tua yang menawarkan wisata sungai dan wisata sejarah," ucap Dewi Cendika, warga Tangerang dari Palembang yang pada Januari 2008 sempat pulang kampung.
Tentu saja saya tidak mau mengunjungi Palembang tanpa ekspektasi. Apalagi pemerintah daerah Sumatera Selatan telah menjalankan suatu program wisata yang tidak main-main. Maka yang terbayang di benak saya adalah sebuah paket wisata lengkap di seputar Sungai Musi, juga obyek wisata lainnya di kota Palembang dan sekitarnya.

Saya berangkat naik pesawat Merpati yang terbang langsung ke Bandung. Dari buletin internal di pesawat, saya membaca bahwa penerbangan Palembang-Bandung dibuka kembali oleh Merpati untuk menunjang program Visit Musi 2008. Artinya, warga kota Bandung juga menjadi target program Visit Musi 2008.

Jika demikian, mengapa tidak ada informasi yang memadai ihwal Visit Musi 2008 ini di Bandung? Bahkan tidak ada brosur ataupun leaflet di area Bandara Hussen Sastranegara sebagai salah satu sarana promosi. Jika humas program Visit Musi 2008 mau menggalakkan programnya, bisa pula memanfaatkan koran-koran gratis yang beredar di Bandung sebagai media informasi dan promosi.

Di Jakarta, kampanye program yang menyedot biaya 5 milyar rupiah ini memang terasa di area bandara. Selain baliho, juga video. Tapi di Bandung, kampanye Visit Musi 2008 sama sekali tak bergaung.

Alih-alih meyedot wisatawan dari Bandung ke Palembang, malah warga Sumsel yang berbondong-bondong jalan-jalan ke Bandung. Itu bisa saya lihat dari serombongan anggota DPR di dalam pesawat yang memborong banyak oleh-oleh. Bahkan beberapa orang di pesawat itu mengaku warga Palembang.

"Saya sih asli Palembang. Ke Bandung abis jalan-jalan sekalian nengok saudara," kata Siska (45) yang mengaku sering ke Bandung.

Pun, seandainya panitia pelaksana Visit Musi 2008 sudah mengantungi kerja sama dengan maskapai penerbangan Merpati, bisa membuat katalog pariwisata di belakang kursi pesawat sehingga penumpang yang merupakan calon wisatawan bisa mendapat informasi yang cukup.


Siapkah?


Saya terkesan ketika tiba di Bandara SM. Badaruddin II, Palembang. Kesan yang baik, karena bandara ini jauh lebih bagus ketimbang Bandara Husein Bandung. Fasilitasnya juga terbilang modern. Namun di Bandara ini pun saya tak membaca gegap gempitanya program Visit Musi 2008. Hanya ada beberapa papan bertuliskan Visit Musi 2008. Saya mencoba mencari-cari brosurnya, tapi tidak menemukan.

Ketika saya menuju kota Palembang, saya mulai menemukan beberapa baliho Visit Musi 2008. Tapi semua itu terkalahkan ulah semaraknya spanduk, poster dan segala media kampanye pemilihan kepala daerah. Bahkan saya menemukan baliho besar Visit Musi 2008 yang membentang di Jembatan Ampera dengan sosok pimpinan daerah yang juga tengah berkampanye untuk pemilihan Gubernur. Informasi Visit Musi 2008 jadi tenggelam.

Saya jadi bertanya-tanya, sebenarnya sudah siapkan Palembang menjalankan program Visit Musi 2008 ini? Atau ini memang program yang terburu-buru?

(bhai)

Tidak ada komentar: