Sabtu, 01 Maret 2008

Situs Bermata Dua


Salah satu program yang diagendakan dalam Visit Musi 2008 adalah International Information Communication Technology (ICT) Exhibition yang akan digelar 16-20 Maret. Sebagai penyelenggara, tentunya panitia sudah menyiapkan segalanya dengan baik. Namun yang ironis, penyelenggara Visit Musi 2008 sendiri kurang peka dengan perkembangan teknologi informasi yang tengah berkembang saat ini.

Sejak diluncurkan Visit Musi 2008 pada awal Januari, beberapa orang di luar Palembang berusaha mencari situs resmi Visit Musi 2008. Satu situs yang muncul adalah www.visitmusi2008.info. Namun sepanjang Februari, banyak yang mengeluhkan situs tersebut tidak bias diakses. Ada beberapa upaya dari segelintir orang dengan membuat blog, atau bahkan friendster untuk menyuarakan kegiatan Visit Musi 2008 dengan memanfaatkan kecanggihan teknolgi informasi Internet yang kini jadi primadona. Karena bukan situs resmi, informasi yang disampaikan pun kerap simpang siur, membingungkan calaon wistawan yang melakukan browsing di Internet.

Pada akhir Februari, akhirnya para peselancar duni maya menemukan satu situs resmi www.visitmusi2008.com. Tentu saja seperti halnya situs-situs pariwisata yang bertebaran di Internet, tujuannya adalah memberi informasi sebanyak mungkin kepada calon wisatawan. Tapi tentunya, sekadar informasi saja tidak cukup.

Sebuah situs pariwisata tidak dapat disamakan dengan blog pribadi yang gratisan. Sebuah situs yang dibuat untuk sebuah program yang memakai biaya besar haruslah bekerja dengan efektif.

Kelengkapan

Jika kita mengunjungi website resmi itu, janganlah coba-coba meng-klik versi bahasa Inggris. Sama sekali tidak berfungsi. Padahal di sudut kanan atas situs tersebut tertulis pilihan bahasa yang akan disampaikan. Jadi, apa yang digembar-gemborkan Visit Musi 2008 juga berupaya menyasar wisatawan mancanegara sama sekali tidak tercermin.

Padahal, jauh-jauh hari sebelum Visit Musi 2008 digulirkan, seharusnya website tersebut sudah dibangun. Tidak cuma berbahasa Indonesia, tapi bilingual dengan versi bahasa Inggris. Jika diperlukan, karena berdasar catatan meningkatnya animo kunjungan wisatawan asing dari Cina, dibuat saja situs informasi Visit Musi 2008 versi bahasa Cina.

Lupakanlah soal versi bahasa Inggris situs tersebut. Yang ada saja belum tergarap baik. Lihatlah beberapa fitur yang ada. Cobalah klik boks ‘info belanja’ lalu klik ‘souvenir’. Info yang diberikan sangat minim dan tanpa foto pelengkap. Begitu juga ketika kita memilih klik boks Restoran Masakan Tradisional. Info yang disampaikan sama sekali tidak lengkap.

Kondisi situs yang memberikan banyak content namun tidak lengkap, membuat para browser kecewa karena tidak mendapatkan apa-apa setelah klik sana-sini.

Hal yang sangat tidak nyaman lainnya adalah fitur komentar yang isinya justru kebanyakan mengecam program Visit Musi 2008. Dan pengelola situs sama sekali tidak memberikan feedback langsung tertulis atas masukan yang datang.

Benahi

Lantas, website yang bagus itu kaya apa, im? Terutama yang masuk kategori website campaign sebuah brand, yang biasanya life cycle-nya pendek.

Untuk kategori ini, menurut pakar Internet marketing Communication Adhitia Sofyan cara menilainya sangat sederhana yaitu kembalikan ke objektif awal keberadaannya di internet. “Jika objektifnya membangun awareness, maka bagus atautidaknya bisa dilihat dari terciptanya awareness dalam kurun waktu tertentu. Indikator pertamanya adalah jumlah visit dan lama visit, meski dua hal tersebut tidak bisa berdiri sendiri tanpa ditambah online research. Karena seseorang yang melakukan visit belum tentu aware dengan isi website,” jelas Adhitia.

Adhitia menamahkan, jika objektifnya membangun image sebuah brand baru, maka bagus atau tidaknya dilihat dari persepsi konsumen setelah melihat website tersebut. Sesuaikah image yang diharapkan pemilik brand dengan yang diterima konsumen?

“Untuk itulah, sebelum melakukan online campaign, hal pertama yang harus dilakukan adalah meruncingkan objektif,” jelas pengelola www.virus-communications.com. Kegagalan umumnya juga disebabkan oleh tidak dipatuhinya rambu-rambu online seperti aksesibilitas, usabilitas,content management dan lain-lain. Alih-alih mencoba kreatif, yang terjadi malah membuang waktu konsumen dan bikin konsumen pergi tanpa ingin tahu lebih jauh.

Ibarat pedang bermata dua, keberadaan situs yang semula untuk merayu wistawan berkunjung ke Sungai Musi, tapi jadinya malah batal. Sebaiknya, jika memang tidak ingin digarap dengan serius, ya ditutup saja. Buat saja lomba menulis wisata Sumatera Selatan bagi pelajar dan mahasiswa dan harus dimuat di blog pribadi mereka.

(bhai)

Tidak ada komentar: