Senin, 03 Maret 2008

Apa Kabar Visit Musi 2008?


Memasuki bulan ke tiga pelaksanaan Visit Musi 2008, panitia sepertinya tidak sepenuhnya siap melaksanakan rangkaian agenda Visit Musi 2008. Terakhir, Festival Makanan Nusantara Antar paguyuban yang semula dijadwalkan pada 2-3 Maret, mendadak diundur ke 9 Maret. Bisa dibayangkan kekecewaan yang dirasakan wisatawan yang jauh-jauh hari telah merencanakan kunjungan ke Palembang untuk acara tersebut.

Ihwal kekecewaan terhadap aneka agenda Visit Musi 2008 yang tampak tidak terencana itu sebenarnya sudah dirasakan masyarakat di luar Sumatera Selatan sejak launching dilakukan, pada 5 Januari lalu. Tayangan launching Visit Musi 2008 yang disiarkan live di RCTI dengan tajuk "Musi di Waktu Malam" tak seperti yang diharapkan.

“Pesan utama dalam perhelatan ini sepertinya kurang saya dapatkan, karena acara yang semestinya menonjolkan seni budaya Palembang terasa amat kurang. Cuma pembukaan saja ada nyanyian dan tarian Palembang, setelah itu semua acara didominasi penyanyi ibu kota. Jadi, pesan utama Visit Musi sangat tak berkesan. Mungkin karena RCTI hanya menampilkan lagu-lagu dari artis ibu kota. Jadi kesannya ini hanya pegelaran acara musik biasa,” ungkap Ahmad Karim, warga Jakarta asal Palembang.

Menurut Karim, mungkin bukan dirinya saja yang kecewa, tapi orang-orang di luar Sumatera Selatan dan Mancanegara ingin tahu apa saja yg akan dipersembahkan oleh Sumatera Selatan dalam mempromosikan budaya dan pariwisata di Palembang. “Bukan menampilkan artis-artis yg bikin males menontonnya. Jadi pesan utama dalam launching tersebut nuansa Visit Musi-nya kosong,” tambahnya.

Karim juga menyayangkan pejabat-pejabat yg hadir semestinya lebih elok lagi memakai baju adat Palembang (Teluk Belango & Tanjak). “Tapi yangg saya lihat hanya memakai Batik. Mungkin ini kurang begitu penting, tapi apa salahnya di momen perhelatan seperti ini mengunakan baju Palembang,” tandasnya.

Bagi warga Palembang sendiri, acara yang menelan biaya 3,5 miliar rupiah itu tak sepenuhnya sesuai harapan mereka. Saat acara live di RCTI, hampir semua atribut Visit Musi hilang. Lampu bertuliskan Visit Musi yang tadinya menerangi Jembatan Ampera, dipadamkan. Demikian juga dengan kembang api yang hanya beberapa detik berpendar di udara. Tiga buah layar lebar (giant screen) tidak berfungsi dengan baik karena yang terlihat hanya layar gelap. Selebihnya hanya penampilan artis ibukota.

Pada rencana awal, pihak Even Organizer (EO) pimpinan Helmi Yahya akan memasang satu ponton di Sungai Musi. Di atas ponton tersebut akan ditempatkan beberapa pemain perkusi dan kembang api. Namun di atas Sungai Musi tidak terlihat ponton, apalagi orang bermain perkusi.

Demikian juga pada ratusan perahu dengan lampu berpendar menghiasi Sungai Musi yang semula direncanakan, juga tak semarak. Cuma terlihat beberapa kelip lampu di beberapa sudut sungai. Selebihnya perahu kecil yang merapat ke pinggir plaza Benteng Kuto Besak (BKB) untuk mencari penumpang.

Antuasias masyarakat untuk menyaksikan acara launching Visit Musi 2008 sebenarnya sangat tinggi. Pelataran BKB terasa penuh sesak, bahkan seorang pengunjung mendadak pingsan di tengah keramaian. Sekitar pukul 20.00 banyak pengunjung pulang karena lokasi tempat diadakannya acara tidak mampu menampung pengunjung. Jalan-jalan pun macet. Seperti di Bundaran Air Mancur hingga Jembatan Karang di Jalan Merdeka.

Saat peluncuran kembang api pertama, banyak pengunjung yang sudah meninggalkan lokasi karena merasa kecewa tidak bisa menyaksikan acara secara dari dekat. Keadaan ini sempat menimbulkan keributan. Para pengunjung yang tidak puas, merobohkan tempat penarikan retribusi, menyebabkan tempat tersebut hancur.

Pengunjung tidak dapat menyaksikan dari dekat karena pengaturan jalan keluar-masuk ke tempat acara, tidak teratur. Kebanyakan pengunjung terjebak oleh arus datang dan pergi di ruas jalan masuk di samping Kantor Walikota dan di samping PT Pos Indonesia.

Pengunjung sudah mulai meninggalkan lokasi pada pukul 11.30 hingga 23.00.

Sejumlah kekecewaan dilontarkan warga terhadap penyelenggaraan launching Visit Musi 2008. Seperti diutarakan Andi, warga yang datang jauh-jauh dari, Bangko, Jambi. "Tidak ada yang menarik pesta kembang api dan pesta yang hiburan disajikan dalam bentuk biasa saja, padahal dana yang ditelan mencapai miliaran rupiah. Kalau menurut prediksi saya acara seperti itu paling banyak Rp1 miliar," ujar Andi

Begitu juga dengan Adi, warga Jalan DI Panjaitan, Kelurahan 4 Ulu, Palembang. Menurut Adi, tidak ada gunanya acara seperti itu apalagi acara yang disuguhkan hanya biasa saja sementara dana yang dikeluarkan miliaran rupiah.

"Ada baiknya disumbangkan saja kepada masyarakat yang tidak mampu, acara yang suguhkan juga biasa saja sedangkan dana yang digunakan miliaran. Sementara apa yang disuguhkan biasa saja, kembang api paling lama tiga menit terus hiburan itu juga tidak tertib," kata Adi.

Sementara bila dilihat pertunjukan yang ditampilkan, tidak ubahnya seperti pesta biasa dengan suguhan kembang api. Tata letak panggung biasa, tenda VIP dan tenda pesta tanpa variasi.

Para pejabat dari pusat yang datang pun tampaknya hanya untuk mengikuti acara seremoni. Tak ada yang berminat melihat obyek wisata yang ada. Mensesneg Hatta Radjasa dan Menbudpar Jero Wacik kembali ke Jakarta keesokan paginya. Para menteri juga tidak mengetahui secara menyeluruh obyek wisata yang disuguhkan pada program Visit Musi. "Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, pusat Kerajaan Sriwijaya, sepertinya itu yang disajikan," kata Jero.

Harapan

Kendati perbaikan sarana pendukung, acara dan infrasturuktur sedikit demi seidkit dilakukan, namun bagaimanakah sikap masyarakat menyambut Visit Musi 2008? Apakah mereka yakin Visit Musi 2008 ini akan berhasil menggaet target sejuta wistawan?

“Seratus persen saya berani menjawab tidak mungkin. Sebenarnya program visit di luar negeri dikampanyekan satu tahun sebelum program dijalankan, agar tamu asing dapat memprogramkan perjalanan mereka. Sedangkan visit musi 2008 baru bergaung saat memasuki 2008. Bagaimana orang asing bisa menjadwalkan perjalanan mereka, sedangkan promosinya baru dimulai Januari atau Februari 2008 ini,” jelas Izha, 21 tahun.

“Sebenarnya saya senang Sumatera Selatan punya hajat besar seperti ini. Tapi kalau bisa semua diprogram dengan baik dan tidak ada campur-baur dengan kampanye politik,” kata Mitha, 20 tahun.

(bhai)

1 komentar:

dewicendika mengatakan...

Smoga adanya Visit Musi 2008, Palembang menjadii agenda tersendiri untuk semua wisatawan...
dan palembang semakin membenahi dirinya, semakin cantik dan berkelas :)
Bila kalian ke Palembang, cobalah luangkan waktu sejenak untuk memanang sungai musi dari atas jembatan ampera....atau datanglah saat malam hari dan biarkan pikiranmu melayang-layang ditiup angin malam Benteng Kuto Besak saat matamu beradu dengan pantulan cahaya lampu di seantero sungai musi.

Oh yaa...di sisi lain kota palembang, terdapat rumah2 panggung yang merupakan cerminan palembang zaman dulu. Mungkin itu merupakan daya tarik tersendiri saat mata sudah jenuh melihat bangunan2 modern masa kini.

Jangan lupaa yaaa...palembang itu lumbung makanan tradisional. Satu harii kayaknya nggak cukup memuaskan wisata kuliner ini.
Setiap sudut palembang, banyak menyajikan makanan2 khas paelmbang :D

Duhhh..aq jadi kangenn palembang. :D