Kamis, 28 Februari 2008

Program Instan Bernama Visit Musi 2008



Awalnya pada 27 September 2005, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang. SBY juga mencanangkan Palembang sebagai Kota Wisata Air. Program itu dibuat berdasarkan kondisi geografi Palembang yang dibelah Sungai Musi, menjadi wilayah Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Selain itu kemegahan Jembatan Ampera yang dibangun zaman Jepang, juga sudah tersohor di Indonesia. Apa lagi Sungai Musi menyimpan sejarah panjang terhadap Kejayaan Zaman Kerajaan Sriwijaya.

Gubernur Sumsel Ir Syahrial Oesman, MM dan didukung pula Walikota Palembang Ir Eddy Santana Putra, MT akhirnya mencanangkan Gerakan Wisata Sungai Musi Tahun 2006 atau disingkat GETAS MUSI 2006. Pencanangan dilakukan di Danau Wisata Teluk Gelam, Kabupaten OKI, 5 Juni 2006, seiring peringatan Hari Lingkungan Hidup se dunia.
Menurut Syahrial, itu merupakan kebijakan untuk mengembangkan wisata Sungai Musi sebagai salah satu sektor masa depan yang menjanjikan untuk menunjang pembangunan di Sumsel.(Suara Karya on-line,Senin, 16 Oktober 2006)

Tapi entah apa yang terjadi pada 2007, tiba-tiba saja program wisata Sungai Musi terabaikan untuk di agendakan. Padahal, jika ingin serius melaksanakan program yang dicanangkan SBY, semestinya wisata musi menjadi agenda tahunan pemerintah yang tidak boleh diabaikan. Sumatera Selatan bukanlah Provinsi Bali ataupun DI Yogyakarta yang bisa saja mengadakan program wisata secara mendadak karena belum sepopuler Bali. Sehingga agak aneh jika tiba-tiba terdengar pemerintah daerah setempat mencanangkan Visit Musi 2008. Jawabarat saja yang berdekatan dengan Jakarta sebagai market potensial belum pernah membuat program sejenis. Karena sebuah program besar tahunan hendaknya memang direncanakan dengan matang dan tidak terburu-buru.

Apalagi pada program Visit Musi 2008 ini, pemerintah daerah menargetkan hingga sejuta wisatawan yang akan diraih. Padahal pada 2006, wistawan yang berhasil digaet hanya 350 ribu orang. Artinya, kinerja setiap instansi yang terkait harus lebih dari dua kali tahun 2006. Dan saat program Visit Musi 2008 berjalan, seyogyanya semua yang terkait, termasuk infrastruktur harus sudah siap. Bukan dalam pengerjaan ataupun perbaikan.

Sungai Musi
Bagaimana wajah Sungai Musi menyambut program Visit Musi 2008 ini?
Sebelum Visit Musi 2008 digemakan, sejumlah warga Palembang sudah biasa menikmati keindahan sungai terbesar di Sumatera Selatan ini dengan berbagai alat transportasi, mulai dari kapal ketek, speedboat atau kapal cepat, dan kapal penumpang.

Tidak hanya warga awam saja yang menjadi penikmat suasana di Sungai Musi, ternyata Kota Palembang juga memiliki komunitas "Pencinta Sungai Musi" yang sepertinya dibuat mendadak pada akhir 2007. Anggota perkumpulan berasal dari orang yang sehari-hari mencari nafkah sebagai penjual jasa sewa perahu ketek di Sungai Musi. Mereka bertugas memberikan informasi kepada wisatawan perihal potensi obyek wisata yang ada di sepanjang Sungai Musi.

Lantas, bagaimana komentar wisatawan yang pernah berkunjung. Seperti dikutip Kompas.com (Sabtu, 12 Januari 2008) Surahman (34), wisatawan asal Jawa Tengah, mengatakan sudah sekitar lima hari berada di Palembang dalam rangka berkunjung ke rumah saudaranya. "Saya banyak mendengar tentang nama besar Sungai Musi. Di satu sisi, Sungai Musi memang menyimpan obyek wisata yang cukup potensial," kata dia.

Sayangnya, ada satu hal yang menjadi kekurangan, yakni air Sungai Musi masih kotor. Selain karena lumpur, tingkat kekeruhan tersebut juga dipengaruhi oleh masih banyaknya sampah yang mengotori air.

Menurut Surahman, alangkah sayangnya jika pemerintah dan warga tidak peduli dengan kebersihan Sungai Musi. Jika memang air sungainya sudah kotor dari wilayah hulu, setidaknya sungai ini bebas dari sampah organik dan non-organik. "Jika persoalan lingkungan sungai tidak segera dibereskan, Visit Musi 2008 hanya jadi program semu," katanya.

Instan

Mengapa harus terburu-buru jika belum siap dilakukan? Itulah yang kerap dipertanyakan ihwal Visit Musi 2008. Sebagian beranggapan program ini bermuatan politis karena diselanggarakan menjelang pemilihan gubernur. Apalagi pada baliho Visit Musi 2008 yang banyak terpampang lebih menonjolkan sosok tokoh, ketimbang peta wisata maupun ikon wisata seperti layaknya promosi wisata di tempat lain. Pada mie, membuat yang instant memang laku. Tapi itu pun tidak semua mie instant laku.

Sebenarnya, program meningkatkan kunjungan wisata biar bagaimanapun harus didukung siapapun. Hanya tidak perlu secara berlebihan dengan membuat program yang kesannya instan. Lebih bijak jika dicanangkan saja Visit Musi 2010, artinya program tersebut dilakukan dalam jangka panjang, sehingga persiapan lebih matang. Mulai dari sumber daya manusia, infrasturktur maupun agenda tahunan.

Sekarang tengoklah agenda yang dibuat untuk program Visit Musi 2008. Panitia malah memasukkan pemilihan Puteri Indonesia, padahal mayoritas warga Sumatera Selatan beragam Islam. Hingga yang ada sejumlah ibu-ibu berdemo. Mengapa tidak dibuatkan saja Pameran Buku atau semacam Children Fair di sekitar Musi sehingga kecintaan generasi muda akan semakin berkembang? Lantas, mengapa pula setiap agenda acara itu tidak dikaitkan dengan program Visi Musi 2008? Di dalam agenda disebutkan ada pameran teknologi. Tapi belum ada tanda-tanda kegiatan yang mengarah ke sana, misalnya mengadakan lomba penulisan blog bagi pelajar tentang Sungai Musi.

(bhai)